Anak Perempuan masih Terkendala Bersekolah di Desa ku Desa Embacang Kecamatan Lubuk Keliat Kabupaten Ogan Ilir

  • Whatsapp

Oleh : Mesi Sulastri
Mahasiswa Universitas Sriwijaya

‘HABIS gelap, terbitlah terang.’ Kutipan dari judul buku berisi kumpulan surat yang ditulis oleh RA Kartini yang berusaha untuk melepaskan kaum perempuan dari diskriminasi yang sudah membudaya pada masa kehidupannya, yakni 1879-1904.
Perempuan berpendidikan sudah sejak lama menjadi impian dan cita-cita seluruh kaum perempuan Indonesia.

Bacaan Lainnya

Dunia pendidikan bukan hanya milik kaum laki-laki, tetapi juga untuk kaum perempuan terutama di era globalisasi ini.

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang paling mendasar dalam siklus kehidupan manusia baik laki-laki maupun perempuan yang tinggal di kota atau di desa. Tetapi, di daerah saya masih banyak masyarakat yang belum memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi anak perempuan dikarenakan berbagai factor.

Tetapi, di daerah saya masih banyak masyarakat yang belum memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi anak perempuan dikarenakan berbagai faktor.

Faktor-faktor yang mengakibatkan anak perempuan di daerah saya yakni Desa Embacang belum dapat merasakan pendidikan yaitu seperti kondisi ekonomi keluarga, keterbatasan kesadaran orang tua terhadap pentingnya pendidikan, aksesibilitas, sosial budaya, dan pandangan masyarakat terhadap pendidikan.

Karena pola pikir masyarakat di daerah saya yang menganggap bahwa mereka mempunyai pertimbangan untuk menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi, khususnya untuk anak perempuan.

Sebagian orang tua beranggapan anak perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi karena nantinya hanya akan menjadi ibu rumah tangga di rumah dan ilmunya tidak berguna.

Karena kebiasaan yang sudah melekat di kehidupan sebagian masyarakat desa sejak dulu, anak perempuan dilarang bersekolah dan dipaksa oleh orangtuanya untuk menikah atau bekerja agar mengurangi tanggung jawab orang tua terhadap faktor ekonomi.

Selain itu masalah aksesibilitas di mana sebagian besar anak perempuan tidak bersekolah karena akses jarak tempuh dari rumah menuju sekolah sangat jauh karena di desa saya sekolah cuma ada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Dan Sekolah Dasar (SD) saja sehingga dengan alasan jarak tempuh menuju sekolah, orang tua memilih untuk anaknya tidak bersekolah.

Pemerintah memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan anak perempuan di Indonesia khususnya di Embacang Kecamatan Lubuk Keliat Kabupaten Ogan Ilir.

Pemerintah dan masyarakat harus menyadari, anak perempuan juga merupakan investasi atau modal masa depan sebuah bangsa bukan hanya anak laki-laki saja.

Merekalah yang kelak akan mengisi ruang-ruang proses berbangsa dan bernegara. Wajar saja ketika RA Kartini menyuarakan anak perempuan adalah bibit-bibit atau tunas yang harus diperhatikan dengan baik oleh pemerintah dan masyarakat.

Anak perempuan yang masih terkendala bersekolah di desa sering kali dikaitkan dengan kendala yang berasal dari orang tua. Orang tua di desa sering menghadapi tantangan ekonomi yang signifikan dan pandangan tradisional tentang peran gender.

Sebagian besar dari mereka masih memandang pendidikan anak perempuan sebagai investasi yang kurang menguntungkan dibandingkan dengan anak laki-laki.

Beberapa orang tua mungkin lebih cenderung untuk memprioritaskan pekerjaan di rumah atau di ladang daripada memungkinkan anak perempuan untuk pergi ke sekolah.

Selain itu, kebutuhan ekonomi keluarga sering kali mengharuskan anak perempuan membantu dengan pekerjaan rumah atau pekerjaan di luar rumah, yang mengurangi waktu dan energi yang dapat mereka alokasikan untuk pendidikan. Perspektif budaya dan norma sosial yang membatasi peran perempuan dalam masyarakat juga dapat menjadi penghambat dalam mendukung pendidikan anak perempuan.

Oleh karena itu, penting untuk menyertakan orang tua dalam upaya-upaya peningkatan kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi anak perempuan.

Edukasi dan program partisipasi orang tua dapat membantu mengubah persepsi dan kebiasaan yang ada, sehingga mereka dapat mendukung penuh pendidikan anak perempuan dengan melepaskan kendala-kendala budaya dan ekonomi yang mungkin menghalangi proses pendidikan.

Editor : Firman

Ikuti Kami di :
banner 300x250

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.