Renungan Mengingat Kematian

  • Whatsapp

JAMBI, Beritategas.com – Pertama-tama, marilah kita panjatkan puja dan puji syukur ke hadirat Allah subhanahu wata’ala. Karena dengan nikmat dan hidayah-Nya kita dapat bersua dikesempatan Jumat 16 Jumadil Akhir 1445 H (29/12/2023).

“Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah menyampaikan agama yang sempurna kepada umat manusia,” ujar Ustadz Sadam Husein.
Saudara-saudara yang dicintai Allah Ta’ala,

Semoga kita sekalian untuk senantiasa meningkatkan iman dan takwa. Baik ketika sedang dalam kondisi lapang, terlebih ketika dalam kondisi sempit. Yakni dengan melazimi segala bentuk ketaatan dan menjauhi segala bentuk larangan yang telah Allah tetapkan dalam syariat Islam. Juga, dengan banyak-banyak merenung dan mengingat kematian.
Mengingat kematian bukan berarti menjadi orang yang putus asa. Tetapi dengan mengingat kematian kita akan lebih mawas diri dan bertawakalah kepada Allah. Tugas kita di dunia hanya menunggu waktu kapan akan dipanggil menghadap Allah SWT.

Saudara-saudara pembaca Beritategas.com yang dicintai Allah Ta’ala,
Kematian adalah suatu hal yang harus diimani oleh umat Islam. Setiap makhluk di dunia ini nantinya akan mati. Itulah takdir Allah SWT yang sudah pasti mendatangi setiap jiwa.

Oleh karena itu, setiap manusia yang masih hidup penting untuk selalu mengingat tentang kematian. Sehingga ia bisa mempersiapkan bekal ketika berada di akhirat kelak.

Setiap manusia pasti akan mati. Tiada yang bisa memajukan atau memundurkan jadwal kematian yang sudah ditentukan Allah. Allah berfirman:
Artinya: ”Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS Al-A’raf Ayat 34)

Kematian selayak tamu yang pasti datang kepada setiap makhluk yang bernyawa. Tamu yang tidak pandang bulu. Tamu yang pasti datang tanpa diundang. Tamu yang akan hadir tanpa harus dipersilahkan.
Kematian selayak tamu yang bisa menghilangkan segala macam kenikmatan dan kelezatan. Tamu yang bisa mencerai-beraikan. Tamu yang bisa menjadikan anak menjadi yatim, atau istri menjadi janda atau suami menjadi duda.

Hampir setiap hari kita melihat jenazah atau mendengar berita kematian. Namun terkadang kita masih lalai. Lupa diri seakan-akan kita tidak pernah akan dihampiri oleh kematian. Merasa seakan-akan senantiasa abadi.

Alangkah baiknya sejenak kita merenung mengingat kematian melalui untaian nasehat Imam Syafi’i dalam syairnya.
Berbekalah dengan takwa sesungguhnya engkau tak mengetahui … Jika malam telah gelap, apakah engkau kan tetap hidup hingga waktu fajar
Betapa banyak pemuda di sore dan siang hari ia tertawa … Sementara kain kafannya telah ditenun sedang ia tidak menyadarinya
Betapa banyak bayi yang diharapkan memiliki umur yang panjang … Ternyata jasad-jasad mereka telah dimasukkan dalam gelapnya kubur
Betapa banyak orang-orang yang sehat, ia mati tanpa sebab … Betapa banyak orang-orang yang sakit dapat hidup hingga waktu yang panjang
Betapa banyak pengantin yang telah dirias tuk pasangan hidupnya … Sementara arwah-arwah mereka telah ditetapkan kematiannya pada malam lailatul Qadar
Jiwa menangisi dunia … Sementara ia mengetahui bahwa untuk selamat darinya adalah meninggalkan apa yang ada di dalamnya.

Melalui bait-bait syairnya, seakan-akan Imam Syafi’i berkata kepada kita bahwa mati adalah puncak dari perjalanan manusia di dunia ini. Kematian selayak episode terakhir dari episode kehidupan sebelumnya. Apabila ia telah menghampiri, tidak ada satu pun yang sanggup mengusirnya.

Saudara saudara rahimakumullah,
Maka dari itu, marilah kita senantiasa mawas diri dan tidak menjadi orang-orang yang panjang angan-angan. Karena panjang angan-angan inilah salah satu sebab yang menjadikan orang lalai dari mengingat kematian dan mengingat kehidupan akhirat.

Fenomena seperti ini telah Allah subhanahu wata’ala ingatkan melalui firman-Nya,
“Dan sungguh, engkau (Muhammad) akan mendapati mereka (orang-orang Yahudi), manusia yang paling tamak akan kehidupan (dunia), bahkan (lebih tamak) dari orang-orang musyrik. Masing-masing dari mereka, ingin diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab. Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 96)
Dan sabda Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi ad-Dunya dalam kitab Qashr al-Amal hadits nomor 49,
“Sesuatu yang paling aku khawatirkan menimpa atas Anda ialah dua hal, yaitu panjang angan-angan dan mengikuti hawa nafsu. Sesungguhnya panjang angan-angan itu akan melupakan akhirat dan mengikuti hawa nafsu itu akan menghalangi dari kebenaran.” (HR. Ibnu Abi ad-Dunya No. 49)
”Mari kita senantiasa mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam menghadapi kematian. Agar kita tidak lalai darinya. Agar kita senantiasa mawas diri. Agar tumbuh rasa untuk memperbaiki diri dan bertobat dari segala kesalahan yang pernah dibuat.” ujar ustadz Sadam Husen.
Sabda Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
“Perbanyaklah oleh kalian mengingat pemutus segala kelezatan”, yaitu kematian”. karena tidaklah seseorang mengingatnya saat kehidupannya sempit, maka ia akan membuatnya merasa lapang dan jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya lapang, maka ia menyempitkannya (sehingga tidak akan tertipu dengan dunia). (HR. At-Tirmidzi No. 2307. Hadits ini shahih menurut syaikh al-Albani)
Sungguh benar adanya ucapan baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kematian adalah pemberhentian dari segala ketamakan dan kerakusan, meluluhlantakkan keangkuhan dan kesombongan, penghancur segala kelezatan, kenikmatan, impian dan harapan.

Sungguh tidak ada obat yang paling bermanfaat bagi hati yang kelam selain mengingat kematian, karena ia akan menghalangi seseorang dari kemaksiatan, melembutkan dan menyinari hati dari kegelapan, mengusir kesenangan terhadap dunia, membuat ringan musibah yang datang menimpa.

Sebagaimana nasehat Imam ad-Daqqaq rahimahullah yang dikutip oleh Imam Qurthubi,
“Barang siapa yang banyak mengingat kematian maka dimuliakan dengan tiga hal: Bersegera tobat, puas hati dan semangat ibadah, dan barang siapa yang lupa kematian diberikan hukuman dengan tiga hal; mengundur tobat, tidak ridha dengan keadaan dan malas ibadah.” (At-Tadzkirah fi Ahwal al-Mauta wa Umur al-Akhirah, Imam al-Qurthubi, 9)
Juga nasihat Imam An-Nawawi yang mengutip perkataan seorang ahli hikmah,
Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang bijak mereka meninggalkan dunia dan takut terhadap fitnah, Mereka melihat dan memperhatikan dunia, tatkala mereka mengetahui bahwa dunia bukanlah tempat tinggal untuk hidup, Maka mereka menjadikannya sebagai samudera sedang amal shalih sebagai bahteranya. (Riyadhus Shalihin, Imam an-Nawawi, 18)
Saudara-saudara pembaca Beritategas.com yang berbahagia.

Saya ustad Sadam Husen mengajak saudara, “Sebelum kematian itu datang, maka kita harus berusaha untuk sering-sering mengingat kematian”, cukuplah kematian menjadi penasehat terbaik bagi diri kita, agar kita senantiasa mengambil pelajaran dari orang-orang yang telah mendahului kita. Berapa banyak orang yang kita cintai telah kita kebumikan? Berapa banyak keluarga yang kita sayangi telah kita kafani?

Marilah bersama-sama kita menjaga ketaatan kepada Allah subhanahu wata’ala dengan melaksanakan semua perintah dan menjauhi semua larangan-Nya!

Marilah senantiasa kita jaga diri kita agar tidak terjerumus kepada hawa nafsu yang melalaikan!

Marilah bersama-sama kita kerahkan segala daya upaya untuk membekali diri demi kebaikan dunia dan akhirat kita!
Dan marilah kita kembali keharibaan Allah Ta’ala sembari menundukkan diri, menangisi dosa-dosa dan kesalahan diri dengan bertobat kepada Dzat Yang Maha Penerima Tobat.

Semoga Allah memudahkan kita dalam meraih husnnul khatimah di helaan terakhir nafas kehidupan. Aamiin ya Rabbal ‘Alamin.

Pewarta: A.Erolflin
Editor: Firman

Ikuti Kami di :
banner 300x250banner 300x250

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.