Sejarah Kejayaan Kerajaan Pengging

  • Whatsapp
Kerajaan Pengging
Istimewa

BOYOLALI, Beritategas.com – Nama Pengging disebut-sebut dalam legenda Rara Jonggrang tentang pembangunan komplek Candi Prambanan. Selanjutnya, dalam sejumlah babad yang menerangkan penyebaran agama Islam di selatan Jawa wilayah ini kembali disebut-sebut, dengan tokohnya Ki Ageng Pengging.

Tokoh ini dikenal sebagai pemberontak di wilayah Kesultanan Demak. Kalangan sejarah di Jawa banyak yang menganggap bahwa Pengging adalah cikal-bakal Kesultanan Pajang, kerajaan yang mengambil alih kekuasaan di Jawa setelah Kesultanan Demak runtuh. Sebagaimana hasil penelusuran awak media Beritategas.com pada Sabtu (21/01/23).

Bacaan Lainnya

Gombloh yang notabene mantan Kepala Desa Dukuh, Banyudono, Boyolali menerangkan kepada awak media bahwa di masa kejayaan Kerajaan Pengging dipimpin oleh Ki Sepuh Adi Pamoso yang dikenal dengan Raja Pengging ke-1. Setelah beliau wafat, diteruskan putranya yang bernama Prabu Wito Radyo yang terkenal dengan sebutan Raja Pengging ke-2.

“Kerajaan Pengging sangat lah tersohor dikala itu dan masyarakat luas mengetahui lewat sejarah kejayaan Kerajaan Pengging dipimpin oleh Ki Sepuh Adi Pamoso yang dikenal dengan Raja Pengging ke-1. Setelah beliau wafat, diteruskan putranya yang bernama Prabu Wito Radyo yang terkenal dengan sebutan Raja Pengging ke-2”, jelasnya.

Sementara itu, Raja Pengging ke-2 menurunkan keturunan yang menjadi raja-raja besar di Asia. Terbukti akan adanya patung GUPALA sebagai penghormatan keturunan raja Pengging.

“Untuk patung GUPALA konon ceritanya adalah penggambaran Patih Njobo (Patih Luar) dan Patih Njero (Patih Dalam) yang merupakan sosok Jin Sakti”, tambahnya.

Setelah Raja Pengging ke-2 wafat, diteruskan Raja Pengging ke-3. Awalnya masih berpangkat Adipati Sri Makurung Handayaningrat, beliau menguasai ilmu Pertanian sampai beliau mendapat gelar Bapak Pertanian Dunia. Disamping itu, beliau juga menguasai ke Agrarian dan beliau membuat filsafat “Ngluruk Tanpo Bolo, Menang Tanpo Ngasorake” yang berarti “Datang Tanpa Teman, Menang Tanpa Merendahkan”.

“Setelah Raja ke-2 wafat, diteruskan kejayaan oleh Sri Makurung Handayaningrat. Beliau terkenal akan keahlian ilmu Pertanian sampai mendapat gelar Bapak Pertanian Dunia. Disamping itu, beliau juga menguasai ilmu Agraria dan beliau juga terkenal akan karya filsafatnya yang berbunyi “Ngluruk Tanpo Bolo, Menang Tanpo Ngasorake” yang berarti “Datang Tanpa Teman, Menang Tanpa Merendahkan”. Dan terkenal sampai sekaran”, imbuhnya.

Sri Makurung Handayaningrat menikahi Putri Triman dari Kediri bernama Putri Pambayun. Karena tersohornya dan banyaknya gelar, Adipati Sri Makurung Handayaningrat dinobatkan sebagai Raja Pengging ke-3.

Namun karena zaman berubah, akhirnya kerajaan Pengging semakin lama semakin surut dan kembali ke pangkuan Majapahit.

“Karena zaman telah berubah, akhirnya kerajaan Pengging surut dan kembali ke Majapahit. Sebenarnya banyak sekali peninggalan Kerajaan Pengging. Karena adanya pergeseran lempeng bumi dan erupsi Gunung Merapi, artefak-artefak peninggalan Kerajaan Pengging terkubur dan banyak yang belum ditemukan”, pungkasnya.

Pewarta : Dwi Nurbiyanto
Editor : Widiyo Prakoso

Ikuti Kami di :
banner 300x250

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.