Meriahnya Tradisi Kirab Budaya, Tradisi Rutin Tiap Tanggal 1 Muharam Di Kecamatan Selo

  • Whatsapp
Tradisi
Meriahnya Tradisi Kirab Budaya, Tradisi Rutin Tiap Tanggal 1 Muharam Di Kecamatan Selo

BOYOLALI, Beritategas.com – Kota Boyolali yang akrab di panggil dengan kota Susu memiliki udara yang sejuk karena letaknya di bawah pegunungan. Penduduknya pun terkenal akan kebaikan dan keramahannya. Boyolali yang menyimpan banyak panorama alam pegunungan yang sangat indah, sejuk serta pemandangan pegunungan yang dipenuhi pepohonan yang rindang, menandakan betapa subur dan bahagianya masyarakat Boyolali, Rabu (07/06/23).

Boyolali juga sangat kuat budaya tradisinya, sudah menjadi satu tradisi bahwa setiap tanggal 1 pada bulan Muharram, masyarakat Boyolali yang tinggal di lereng Gunung Merapi dan Merbabu menggelar Tradisi Kirab Budaya.

Misalnya seperti Dukuh Ngaglik dan Pojok di Desa Samiran Kecamatan Selo, masyarakat setempat menjalankan Tradisi Kirab Budaya sebagai ungkapan rasa syukurnya terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berbagai kenikmatan hidup, rejeki, dan kesuburan pada tanahnya.

Diungkapkan oleh tokoh masyarakat Dodo yang tinggal di Dukuh Ngaglik, bahwa acara utama dalam tradisi tersebut yakni menyatukan air yang bersumber dari Gunung Merbabu dengan air yang bersumber dari Gunung Merapi.

“Dengan harapan dan doa semoga dengan menyatunya air tersebut juga akan bersatu pula gotong-royong dan kekompakan warga masyarakat yang berada di lereng kedua gunung tersebut,” ungkapnya saat dijumpai di tempat tinggalnya.

Acara dimulai pada sore hari, dengan kegiatan wilujengan dan dilanjutkan dengan pembuatan tumpeng besar berisi hasil bumi daerah setempat. Dimulai dari rumah masing-masing masyarakat, mereka akan berjalan bersamaan menuju ke Simpang Paku Buwono IX yang menjadi pusat kegiatan Tradisi Kirab Budaya.

“Di lokasi itu akan diadakan sebuah ritual sakral yaitu penyatuan air dari kedua sumber yang berada di Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Sebelum air disatukan, terlebih dahulu akan ada perwakilan pasrah untuk penyerahan air dari Gunung Merapi dan Gunung Merbabu kepada sesepuh Desa yang nantinya akan mencampurkan air tersebut”, tambahnya.

Setelah air disatukan, air tersebut akan disimpan dan diletakkan di sebuah pesanggrahan di dukuh Pojok yang bernama Pesanggrahan Kebo Kanigoro. Setelahnya, masyarakat maupun pengunjung dapat mengambil hasil bumi dari tumpeng besar yang telah diarak oleh masyarakat.

“Rangkaian acara akan ditutup dengan pentas kesenian-kesenian yang ada, umumnya adalah reog, sholawatan kemudian ada pula wayang kulit semalam suntuk yang merupakan warisan budaya Unesco”, pungkasnya kepada awak media.

Pewarta : Dwi Nurbiyanto
Editor : Widiyo Prakoso

Ikuti Kami di :
banner 300x250

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.