JAMBI, Beritategas.com – Dikesempatan yang berbahagia ini, Ustadz Sadam Husen, S.Sy mengajak marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah subhanahu wata’ala yang telah menganugerahkan nikmat iman dan Islam serta kesehatan sehingga kita dapat bertemu dengan ustadz Sadam Husen pada Jumat, 27 Oktober 2023 yang penuh berkah ini.
Shalawat serta salam semoga tercurah ke pangkuan junjungan kita Nabi besar Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, beserta keluarga, para sahabat, dan orang-orang beriman hingga akhir zaman.
Mengawali perjumpaan hari ini, mengingatkan agar senantiasa meningkatkan takwa kepada Allah subhanahu wata’ala dengan sebenar-benar takwa. Yaitu, menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Takwa adalah jalan terang menuju ke hadirat-Nya. Sehingga dengan takwa, kita akan menemukan nilai-nilai kebajikan dan kemuliaan sejati, baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Para pembaca Beritategas.com yang berbahagia,
Akhir-akhir ini kita semua merasakan bagaimana panasnya udara di siang hari, kekeringan di mana-mana terjadi, sebagai dampak dari kemarau panjang di tahun ini. Bahkan tercatat, ada suatu daerah di Indonesia yang pada bulan ini cuaca di Indonesia suhu panasnya mencapai 39 derajat celcius.
Banyak pakar iklim yang mengatakan bahwa tahun ini muncul fenomena El Nino. El Nino adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah. Pemanasan SML ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia. Singkatnya, El Nino memicu terjadinya kondisi kekeringan untuk wilayah Indonesia secara umum.
Akibat cuaca panas di musim kemarau tahun ini, banyak menyebabkan kekeringan, terjadinya kebakaran lahan, tempat tinggal, dan pegunungan.
Keadaan-keadaan semacam ini tentu membuat kita semua bertanya-tanya: Fenomena alam seperti apa yang sedang Allah tunjukkan kepada kita selaku hamba-Nya?
Dan tentunya, satu hal yang kita pikirkan saat terjadi fenomena seperti ini adalah bagaimana agar semua aktivitas dapat dilakukan di ruangan tertutup dengan fasilitas pendingin ruangan memadai. Kita upayakan agar hadir perasaan aman, nyaman, teduh, dan jauh dari perasaan khawatir terhadap sesuatu.
Ma’asyiral muslimin, ternyata upaya menghadirkan kenyamanan dan keteduhan dari panasnya matahari di siang hari seperti yang kita alami hari ini dan hari-hari yang sudah kita lewati adalah termasuk bagian dari anjuran yang disampaikan baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dalam satu riwayat dari sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Tatkala Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkhotbah, ada seorang laki-laki berdiri, lalu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya tentang laki-laki tersebut.
Para sahabat menjawab, ‘Dia adalah Abu Israil, ia bernazar akan berdiri pada waktu panas, tidak akan duduk, tidak akan berteduh, tidak akan berbicara, dan akan berpuasa.’
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
‘Perintahkanlah supaya ia berbicara, berteduh, duduk, dan perintahkanlah dia supaya menyempurnakan puasanya.’” (HR. Al-Bukhari).
Sahabat ini bernazar tidak akan berbicara, tidak akan makan, tidak akan minum, akan berdiri di bawah sinar matahari, dan tidak akan berteduh. Ini merupakan penyiksaan terhadap diri dan menyusahkannya, dan ini adalah nazar yang tentunya diharamkan. Karena nazar yang dilakukan tidak dalam rangka ketaatan kepada Allah subhanahu tawa’ala.
Sementara itu, praktik tersebut tidak sejalan dengan prinsip ajaran Islam berupa al-yusr—prinsip memudahkan dan tidak menyulitkan.
Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala, dalam al-Quran surat al-Baqarah: 185,
“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.”
Menurut ustadz Sadam Husen, Ibadallah, ada beberapa hal yang patut menjadi tazkirah atau peringatan dan renungan saat kita berada di musim kemarau yang cukup panjang ini, maupun saat kita berada di musim dingin.
Di antaranya adalah,
Pertama: Momentum Memperbanyak Syukur.
Perintah untuk bersyukur tidak hanya saat kita mendapatkan nikmat yang dirasa menentramkan dan menyejukkan hati.
Bagi seorang mukmin, saat-saat menghadapi kesulitan dan terpaan ujian, baik berupa kesulitan air di tengah kemarau panjang, kekurangan makanan dan minuman, ketakutan akan suatu keadaan, maupun ragam ujian lainnya, sesungguhnya bagi mereka hal itu bisa menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata’ala.
Karenanya ketika Allah subhanahu wata’ala menggambarkan tentang ragam ujian dalam surat Al-Baqarah 155, di penghujung ayat Allah nyatakan “wa basyirish-shabirin” ‘dan berikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang bersabar’.
Tentu kita harus bersyukur dengan ujian ini. Manakala kita sanggup mengendalikan diri untuk tidak mengeluh dengan keadaan, ada kebahagiaan yang Allah janjikan, ada keberuntungan yang tiada bandingannya dengan apa pun di dunia ini.
Maka, musim kemarau yang cukup panjang hingga menyebabkan kekeringan, kebakaran lahan, kelangkaan air, dan yang lainnya, tentu bagi seorang mukmin adalah ujian sekaligus potensi untuk semakin meningkatkan dan mengukuhkan rasa syukur kita.
Karena di balik ujian ada penghapusan dosa, di balik ujian ada kenikmatan, di balik ujian ada kebahagiaan, manakala kesabaran kita jadikan sebagai perisai yang membentengi diri kita untuk tetap berdiri kokoh menghadapi berbagai kesulitan yang ada.
Kedua: Momentum Bertafakur
Sudah sepatutnya kita jadikan fenomena alam ini sebagai sarana bertafakur, menggerakkan akal pikiran, dalam menyaksikan tanda-tanda Allah yang terjadi secara nyata dan begitu terasa di hadapan kita.
Tanda-tanda Allah ini merupakan fenomena yang mungkin sebagian orang menganggapnya sebagai suatu ancaman. Namun bagi seorang mukmin, ini adalah suatu sarana untuk meningkatkan keyakinan dan menumbuhkan kesadaran kita akan suatu nikmat yang sering kali kita lalai menafakurinya.
Kita menyadari saat-saat Allah hadirkan limpahan, kita lupa dan lalai kalau hal itu adalah bagian dari nikmat yang harus disyukuri.
Oleh karena itu, tanda-tanda Maha Besar Allah ini diharapkan dapat mengantarkan diri kita menjadi pribadi yang peduli terhadap lingkungan. Karena sesungguhnya Islam mengatur segala hal yang berkaitan dengan para pemeluknya, termasuk di dalamnya persoalan-persoalan lingkungan.
Para pembaca Beritategas.com dimana saja berada,
Kemarau yang cukup panjang, panasnya sengatan sinar matahari di siang hari, dan hembusan angin yang Allah kirimkan, sesungguhnya ketika Allah berkehendak, hal itu mampu mendatangkan kesejukan atau bahkan sebaliknya, ia membakar serta merobohkan bangunan terkuat.
Keadaan ini mengingatkan kita tentang begitu pentingnya air sebagai sumber kehidupan, namun demikian, kita semua meyakini bahwa air hujan telah dijadwalkan turunnya oleh Allah Ta’ala, kapan dan di mana dia akan turun dan membasahi bumi.
Musim kemarau juga menjadi sarana bagi seorang muslim agar hati dan jiwanya selalu terkait dengan akhirat. Dalam sebuah hadits sahih, hadits riwayat Al-Bukhari nomor 3087, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menamai hembusan cuaca panas ini dengan “nafasnya neraka”.
“Neraka mengadu kepada Rabbnya, ia berkata,‘Ya Rabb, sebagian dariku memakan sebagian yang lain.’ Maka Allah mengizinkannya memiliki dua nafas: Nafas pada musim dingin dan nafas pada musim panas. Nafas itu lebih panas dari hawa yang sangat panas yang kalian rasakan dan lebih dingin dari hawa yang sangat dingin yang kalian rasakan.”
Maka, kepada kita semua untuk senantiasa meningkatkan rasa syukur dan tafakur kita akan tanda-tanda kebesaran Allah. Karena fenomena alam ini juga merupakan peringatan kepada manusia bahwa usia manusia di dunia ini ada ujungnya, usia manusia semakin berkurang, bukan semakin bertambah.
Barangkali manusia lupa sudah berapa kali musim seperti ini ia lewati, berapa kali musim dingin ia alami.
Tak kurang seorang ulama tabiin besar Al-Hasan Al-Bashri berkata, “Wahai manusia, sesungguhnya engkau tak lebih dari kumpulan hari-hari, jika berlalu sebagian hari, berlalu pula sebagian dari dirimu.”
Demikian menurut ust. Sadam tentang Refleksi Musim Kemarau yang disampaikan. Semoga Allah subhanahu wata’ala hadirkan rasa syukur dalam hati kita akan semua nikmat-Nya, dan Allah jadikan masa-masa sulit yang sedang dialami ini sebagai penggugur dosa serta kesalahan kita di masa lalu, ujarnya.
Pewarta : A. Erolflin
Editor : Firman