Mie Tiwul, Makanan Tradisional Tanpa Bahan Pengawet

  • Whatsapp
Mie
Alat untuk mengolah Mie Tiwul

SRAGEN, Beritategas.com – Berbagai cara pengolahan makanan agar menjadi makanan yang bercita rasa tinggi. Begitu pula untuk dukuh Paingan, desa Plumbon, kecamatan Sambungmacan, kabupaten Sragen. Di dukuh ini, Singkong dijadikan bahan baku untuk membuat mie. Mie ini terkenal dengan nama Mie Tiwul sebagai ikon dan makanan tradisional khas dukuh Paingan, desa Plumbon, kecamatan Sambungmacan, Senin (05/06/23).

Yoto Teguh Pambudi selaku penggiat media sosial dan tim STEDO (Sragen Tempo Doeloe) dengan jargon “Nlusur, Buku dan Kamu adalah Candu” menjelaskan kepada awak media Beritategas.com tentang olahan Mie Tiwul.

“Di Sragen ada makanan khas yang diolah secara tradisional dengan alat bantu sederhana yaitu Mie Tiwul. Makanan ini lahir dari inovasi dan kreativitas kearifan lokal. Untuk membuat Mie Tiwul, para perajin harus mengupas singkong, menjemur hingga menjadi gaplek. Setelah kering baru di selep/ ditumbuk dijadikan tepung”, jelasnya.

Sedang Suparni (55) salah satu pengrajin Mie Tiwul di dukuh Paingan menambahkan tentang proses pembuatannya. Mulai dari bahan baku yang diolah dengan sesemikan sampai menjadi Mie Tiwul.

“Tepung gaplek dicampur tepung kanji dan tepung terigu ditambah obat Bleng di kasih air panas lantas diuleni (dicampur), maka jadilah adonan awal mie tiwul”, ungkap Suparni.

Karena masih menggunakan alat manual, dalam satu hari para pengrajin mie tiwul paling hanya bisa memproduksi 10-20 kilogram. Setiap produksi mie tiwul mereka menghabiskan waktu sekitar 2-4 jam.

“Selanjutnya adonan tersebut dimasukkan ke dalam lesung lantas ditumbuk sampai kalis. Setelah adonan siap, langkah selanjutnya adalah proses pencetakan mie secara manual dengan cara memasukan adonan mie kedalam alat pres tradisional. Adonan dimasukan kedalam lubang cetakan kemudian di atasnya di kasih kayu berbentuk silinder kecil lantas ditekan dengan kayu panjang yang di jepitkan di atasnya. Kayu penjepit itu dinaiki 1-2 orang (tergantung bobot tubuhnya) tentu saja di bawah lubang cetakan mie itu ada wadah penampung mie yang telah dicetak”, tambah Suparni.

Mie Tiwul ketika dijual cuma ditambahi potongan seledri, kubis dan brambang goreng. Mie ini dijelaskan oleh Suparni hanya bertahan sehari dikarenakan Mie Tiwul ini tidak menggunakan bahan pengawet.

“Setelah keluar jadi Mie mentah, barulah di rebus di wajan yang telah disiapkan dengan air mendidih. Setelah masak, mie diangkat ditaruh di eyek (anyaman bambu buat jemur makanan) lantas diolesi minyak supaya tidak saling lengket antar mie. Jadilah Mie Tiwul yang siap di santap dan dipasarkan. Ketika mie dijual, cuma ditambahi potongan seledri, kubis dan brambang goreng. Mie Tiwul juga bisa dicampur berbagai jenis makanan lainnya. Daya tahan Mie Tiwul cuma 24 jam, sebab tanpa pengawet sehingga kalau Mie Tiwul dijual di pasar pagi dan para pengrajin Mie Tiwul membuatnya sekitar jam 12-an malam”, pungkasnya.

Pewarta : Widiyo Prakoso
Editor : Firman

Ikuti Kami di :
banner 300x250

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.