Kisah tersebut memberikan informasi kepada kita semua bahwasanya usia hidup di dunia tidak lama, seperti musafir yang beristirahat di tengah perjalanan.
Untuk itu manusia harus cerdas menyikapi kemewahan dunia jangan sampai terperdaya dengan kehidupan dunia. Kita harus mampu menjadikan dunia sebagai investasi amal ibadah. Allah Subhanahu wa Ta’ala a’ala menjelaskan dalam surah Al-baqarah ayat 28.
“Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu (tadinya) mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia mematikan kamu lalu Dia menghidupkan kamu kembali. Kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan?”.
Ayat ini menerangkan dengan sangat jelas bahwa setiap manusia akan melalui 4 proses dalam perjalanan hidupnya. Manusia yang dahulunya tidak ada, kemudian dihidupkan di alam dunia saat ini, lalu akan dimatikan lagi dan kemudian dihidupkan lagi di alam akhirat fase kehidupan ini dijelaskan lagi dalam surat Ali Imran 27.
“Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Dan Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau berikan rezeki kepada siapa yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan.”
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala a’ala ini seharusnya menyadarkan manusia bahwa hidup di alam dunia ini hanya sebagai tempat perantara untuk menuju kehidupan abadi di akhirat. Untuk itu hidup di dunia harus memiliki tujuan yang jelas sebagaimana dijelaskan Allah dalam surat Az-Zariyat ayat 57.
”Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah padaku”.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Menjalani hidup di dunia ini sebagai sarana untuk menuju kehidupan yang sebenarnya yaitu kehidupan yang kedua yang abadi di dalam kehidupan akhirat nanti.
Perlu diketahui ketika manusia beriman dan beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala a’ala, setan tidak akan pernah merasa bahagia. Ia akan terus dan terus menggoda dan menyesatkan manusia dari tujuan hidup sebenarnya.
