Dua Karya Tari Mahasiswa Seni UNJA, Bikin Penonton Terpukau

JAMBI, Beritategas.com — Suasana Taman Budaya Jambi malam tadi dipenuhi sorotan lampu dan tepuk tangan penonton, ketika dua karya tari persembahan mahasiswa Program Studi Seni Drama, Tari, dan Musik Universitas Jambi (UNJA) dipentaskan sebagai bagian dari tugas akhir akademik, Selasa (02/09/2025).

Pertunjukan yang menampilkan Cahaya Sikso karya koreografer muda Retty Apriliana dan Tiara Julianti, serta Betine Gerut karya Azarah, berhasil memukau publik dengan sajian yang memadukan kekuatan narasi, gerak, dan estetika panggung.

Bacaan Lainnya

Karya pertama, Cahaya Sikso terinspirasi dari legenda Danau Kaco di Kerinci. Retty dan Tiara menghadirkan kisah tragis Putri Napal Melintang yang kecantikannya menjadi perebutan para pangeran, namun justru menjerumuskannya pada nasib kelam akibat keserakahan sang ayah, Raja Gagak.

Dengan koreografi penuh simbol, tubuh para penari menjadi medium untuk memvisualisasikan kecantikan, perlawanan, hingga pengorbanan sang putri yang akhirnya ditenggelamkan di danau berkilau.

“Cahaya yang dipantulkan dari kostum dan tata lampu semakin memperkuat atmosfer magis, seolah membawa penonton menyelam ke dalam misteri legenda yang hidup di tengah masyarakat Jambi”, Ujar Galuh selaku dosen penilai.

Berlanjut pada karya kedua, Betine Gerut, Azarah menafsirkan kembali tari tradisi Siwar dari Dusun Tanjung Sakti, Sumatera Selatan. Karya ini menggambarkan strategi para perempuan yang dengan keluwesan gerak tari justru menyembunyikan kekuatan perlawanan terhadap penjajah Belanda.

Penonton disuguhi paduan kelembutan dan ketegasan, ketika tarian bertransformasi menjadi strategi penyerangan menggunakan siwar (senjata tradisional Pagar Alam).
Gerak tubuh yang luwes namun tajam, disertai simbol-simbol perlawanan, menegaskan ketangguhan kaum perempuan dalam mempertahankan tanah air.

Kedua karya tari ini tidak lahir begitu saja, melainkan melalui proses bimbingan intensif oleh para dosen seni pertunjukan, yakni Dra. Riswani, M.Sn., Galuh Tulus Utama, S.Pd., M.Sn., dan Yhovy Hendricasri Utami, S.Sn., M.Sn.

Hasilnya, pertunjukan bukan sekadar menjadi syarat akademik, tetapi juga wujud nyata kontribusi generasi muda seni tari dalam menghidupkan kembali warisan budaya serta mengartikulasikannya pada konteks kekinian.

Pertunjukan yang berlangsung semarak di Taman Budaya Jambi ini sekaligus menegaskan bahwa karya tari mahasiswa Universitas Jambi mampu menjadi jembatan antara tradisi, legenda, dan kreativitas modern.

Lewat Cahaya Sikso dan Betine Gerut, publik diajak merenungkan kembali makna kecantikan, pengorbanan, serta ketangguhan perempuan dalam menghadapi kekuasaan maupun penjajahan.
Dra. Riswani,M.Sn menambahkan, ujian ini dalam rangka menyelenggarakan tugas akhir.

“Sebagai dosen saya melihat pertunjukkan ini telah melalui proses yang panjang”, tambahnya.

Melalui karya di atas panggung, mahasiswa tidak hanya menunjukkan keterampilan menari, tetapi juga cara berpikir, berimajinasi, dan menyampaikan pesan kepada penonton.

Para dosen Sendratasik UNJA berharap pertunjukan tari dapat terus berkembang dengan tetap menggali nilai budaya lokal, berani berinovasi, serta mampu menyampaikan isu-isu kehidupan yang dekat dengan masyarakat.

Kunjungi : www.unja.ac.id.

Pewarta: A.Erolflin
Editor: Firman

Ikuti Kami di :

Pos terkait

banner 300x250banner 300x250banner 300x250banner 300x250banner 300x250banner 300x250

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses