KENDAL, Beritategas.com – Sebuah kegiatan unik bertajuk Riding Tour Jejak Kolonial digelar di Kabupaten Kendal. Acara ini diikuti komunitas Kendal Berkain, Kendal Heritage, Kendal Tempo Dulu, serta puluhan muda-mudi pecinta sejarah dan budaya lokal. Mereka bersama-sama menelusuri peninggalan bersejarah di kawasan perkebunan tua (afdeling) yang menjadi bukti nyata jejak kolonial Belanda di Kendal, Minggu (28/09/2025).
Perjalanan dimulai dari Kebun Karet Sumur Pitu Pageruyung, yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Weleri. Rombongan kemudian bergerak ke selatan menuju Kebun Pala Sedandang Pageruyung, dilanjutkan ke arah timur menuju Pabrik Pengolahan Karet dan Kebun Karet Sukomangli Kecamatan Patean, sebelum akhirnya finis di sebuah kafe di Kalibogor, Sukorejo.
Sepanjang perjalanan, para peserta mendapatkan kisah sejarah dari Galih (Kendal Heritage) dan Syamsul (Kendal Tempo Dulu) yang memaparkan bagaimana perkebunan karet, pala, dan afdeling tersebut menjadi saksi bisu masa kolonial Belanda. “Setiap pohon, setiap bangunan tua di kawasan ini adalah bukti nyata perjalanan panjang Kendal sejak zaman kolonial,” ujar Galih.
Setibanya di kafe Kalibogor, suasana semakin semarak. Para peserta berganti kostum dengan mengenakan kain tradisional yang telah disiapkan komunitas Kendal Berkain. Diskusi budaya kemudian digelar dengan fokus pada sejarah perkebunan dan peran anak muda dalam melestarikan warisan leluhur.
Agnes Prawismi, salah satu founder Kendal Berkain, menyampaikan harapannya agar kegiatan ini dapat menumbuhkan kecintaan generasi muda terhadap budaya. “Kami ingin mengenalkan kain dan sejarahnya kepada anak-anak muda, sekaligus mengingatkan bahwa budaya adalah identitas yang tidak boleh ditinggalkan,” tegasnya.
Beatrix Riris menambahkan bahwa kegiatan ini adalah langkah awal untuk agenda rutin. “Ini baru pertama kali, tapi semangatnya luar biasa. Ke depan, kami ingin menjadikannya kegiatan berkelanjutan yang bisa memantik semangat generasi muda Kendal,” ujarnya.
Dengan riding tour ini, para peserta bukan hanya menikmati panorama perkebunan Kendal, tetapi juga ikut serta menjadi pelaku sejarah baru—mewariskan cerita agar generasi mendatang tidak kehilangan jejak leluhur mereka.
Pewarta : Pujiono
Editor : Firman