JAMBI, Beritategas.com – Universitas Jambi (UNJA) kembali melahirkan lulusan terbaik pada wisuda ke-116 yang digelar di Balairung Pinang Masak, UNJA Mendalo, Selasa (25/02/2025). Salah satu lulusan terbaik berasal dari Program Magister (S2) Ilmu Peternakan yang berhasil meraih predikat cumlaude dan menyelesaikan studinya dengan capaian akademik membanggakan.
Aqil Najmi, M.Pt., lulusan Program Pascasarjana UNJA sukses menuntaskan studi dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 4.00, capaian ini bukan sekadar pencapaian akademik, tetapi simbol dari ketekunan, kedisiplinan, serta semangat belajar yang telah ditanamkan sejak kecil oleh kedua orang tuanya yang berprofesi sebagai guru. Lahir di Jambi dan dibesarkan di Muaro Bungo, ia tumbuh dalam keluarga yang menjunjung tinggi pentingnya pendidikan.
“Ayah dan ibu saya merupakan seorang guru, yang tak hanya mendidik di ruang kelas, tetapi juga menjadi teladan utama bagi saya dalam hal kedisiplinan, kerja keras, dan semangat untuk terus belajar. Sejak kecil, saya dibiasakan untuk tidak takut mencoba hal baru, serta didorong untuk selalu berkembang dan berani menghadapi tantangan,” ujarnya.
Perjalanan pendidikan Aqil dimulai dari SD Negeri 108 Muara Bungo, dilanjutkan ke SMP Negeri 3 Muara Bungo, kemudian ke SMA Negeri 2 Muara Bungo. Setelah menyelesaikan pendidikan menengah, ia melanjutkan studi ke UNJA dengan memilih Program Studi S1 Peternakan. Ia kemudian meneruskan pendidikan ke jenjang Magister di Program Pascasarjana Ilmu Peternakan, UNJA, hingga berhasil menyelesaikannya dengan predikat cumlaude.
“UNJA telah menjadi bagian tak terpisahkan dari cerita ini. Fasilitas yang terus berkembang, lingkungan belajar yang mendukung, serta para dosen yang bukan hanya mengajar tapi juga membimbing dengan tulus, semuanya membentuk saya menjadi pribadi yang lebih dewasa, tangguh, dan siap menghadapi tantangan di luar kampus,” ungkapnya.
Perjuangan untuk meraih gelar magister tentu tidak lepas dari tantangan. Aqil pernah berada dalam situasi penuh tekanan, baik secara akademik dan pribadi. Namun, ia memilih untuk bangkit melalui manajemen waktu yang disiplin, menjaga kesehatan mental, dan membangun rutinitas evaluasi mingguan yang membantunya tetap fokus.
“Saya sadar jatuh bukanlah akhir. Itu adalah awal dari perenungan dan evaluasi diri. Dari sanalah saya mulai mengubah pola pikir, membentuk kebiasaan kecil yang konsisten, dan membuka diri terhadap arahan serta bimbingan. Sedikit demi sedikit, saya bangkit. Bukan karena tak pernah jatuh, tapi karena setiap kali terjatuh, saya memilih untuk berdiri lebih kuat, dan lebih siap melangkah ke depan,” ujarnya.
Di balik pencapaiannya ada dukungan dari orang tua yang menjadi rumah yang nyaman untuk pulang ketika lelah, ragu atau merasa tidak mampu. selain itu, para dosen dan sahabat kampus juga berperan besar selama proses perjalanannya.
“Orang tua saya, mereka bukan hanya penyemangat, tapi juga tempat saya berpulang ketika lelah, ragu, atau merasa tidak mampu. Doa mereka adalah kekuatan yang tak terlihat, tapi selalu terasa. Selain itu, para dosen dan sahabat di kampus juga memiliki peran besar, mereka memberi ilmu, inspirasi, dan dukungan yang luar biasa sepanjang perjalanan ini,” Jelasnya.
Aqil memegang teguh prinsip bahwa proses tidak akan mengkhianati hasil, dan menyakini bahwa kesuksesan sejati lahir dari langkah kecil yang dijalani penuh kesungguhan. motivasi terbesarnya adalah ingin membahagiakan orang tua dan membuktikan bahwa latar belakang bukan penghalang untuk meraih pencapaian besar.
“Keberhasilan bukan tentang siapa yang paling cepat, tetapi siapa yang paling konsisten melangkah. Saya percaya bahwa dua sikap yang tak boleh hilang dalam perjalanan apa pun adalah kerendahan hati dan rasa haus untuk terus belajar. menjadi mahasiswa cumlaude bukan tujuan utama, tapi saya ingin menjadikan setiap proses sebagai bentuk tanggung jawab atas kesempatan yang telah diberikan,” tuturnya.
Salah satu pencapain yang paling membekas ketika dipercaya sebagai pemakalah dalam forum akademik.
“Dulu saya sangat pemalu, berdiri di depan umum untuk menyampaikan gagasan terasa seperti mimpi yang terlalu tinggi. tapi nyatanya, saya bisa dan di situlah saya benar-benar menyadari sejauh mana saya telah bertumbuh,” ungkapnya.
Setelah menyelesaikan S2, Aqil berencana melanjutkan ke jenjang Doktoral (S3) dan berkomitmen untuk terus mengasah keterampilan praktis dan membangun jejaring profesional yang luas.
“Bagi saya, ilmu bukan sekadar gelar, tetapi bekal untuk berkontribusi nyata, baik di dunia akademik maupun dalam pengabdian kepada masyarakat,” ujarnya.
Ia menaruh harapan besar agar UNJA menjadi adaptif, berintegritas dan kompetitif.
“Saya berharap, UNJA bisa terus berkembang menjadi institusi yang tidak hanya unggul dalam aspek akademik, tetapi juga visioner dalam mencetak lulusan yang adaptif, beritegritas, dan kompetitif, baik di tingkat nasional maupun global,” ujarnya.
Aqil juga berpesan untuk mahasiswa lainnya agar tidak takut gagal dan berhenti membandingkan diri dengan orang lain.
“Setiap orang punya waktu dan jalannya masing-masing. Jangan terjebak membandingkan diri, tapi fokuslah pada proses dan kemajuan pribadi. Jangan takut gagal, karena dari situ, kita belajar menjadi lebih kuat. Percaya pada prosesmu, rayakan langkah kecilmu, dan terus bergerak maju meski pelan,” tutupnya.
Kunjungi : www.unja.ac.id.
Pewarta: A.Erolflin
Editor: Firman











