Disebabkan adanya orang-orang yang mencegah manusia dari melakukan kerusakan, hal inilah yang membuat umat ini tetap eksis.
Allah Subhaanahu Wata’aalaa berfirman,
“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (All ‘Imraan: 104)
2. Tenggelam Dalam Kenikmatan Dunia
Pada dasarnya, dunia dengan segala kenikmatan yang terdapat di dalamnya bukanlah sesuatu yang harus dijauhi. Ia boleh saja dinikmati, asal tidak menyimpang dari ketentuan Allah Subhaanahu Wata’aalaa. Bila tidak, umat ini akan terlena dalam kenikmatan dan secara perlahan akan membuatnya binasa.
Rasulullah sudah mengingatkan hal ini kepada para sahabatnya. Hal ini berarti, pesan tersebut tertuju kepada kita semua.
Beliau bersabda,
“Akan datang suatu masa di mana kamu akan diperebutkan oleh umat lain sebagaimana makanan lezat diperebutkan oleh orang yang lapar.”
Para sahabat bertanya, “Apakah pada saat itu jumlah kami sedikit wahai Rasulullah?” Beliau menjawab; “Tidak, bahkan jumlah kamu banyak, namun bagaikan buih di lautan karena kalian terserang penyakit “wahn.”
Mereka bertanya lagi, “Apakah penyakit wahn itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab; “Terlalu cinta terhadap dunia dan takut kepada mati.” (HR Abu Dawud)
Menurut ustadz Sadam, manusia tidak boleh terlena dalam kenikmatan dunia, karena setelah kehidupan ini masih ada kehidupan yang kekal, yakni kehidupan akhirat. Oleh karena itu, Rasulullah SAW memberikan perumpamaan dunia dengan akhirat seperti tetesan air dari jari, dengan air yang ada di lautan.
Beliau bersabda,
“Perbandingan dunia dengan akhirat seperti seorang yang mencelupkan jari tangannya ke dalam laut lalu diangkatnya dan dilihatnya apa yang diperolehnya.” (HR Muslim dan Ibnu Majah)
Oleh karena itu, kehidupan hakiki adalah untuk mencari bekal menuju kehidupan akhirat. Bukan sebaliknya, menjadikan dunia sebagai tujuan.
Allah Subhaanahu Wata’aalaa berfirman,
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), kemudian sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui.” (at-Takaatsur: 1-4)