JAMBI, Beritategas.com – Program Studi (Prodi) Kehutanan Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Jambi (UNJA), menyelenggarakan kegiatan Seminar Jurusan Kehutanan yang dilaksanakan secara rutin 4-5 kali pada tahun ini. Kegiatan yang bertema
“Koeksistensi ditengah Perubahan: Mewujudkan Kehidupan bersama Gajah di Indonesia,” dihadiri oleh 102 peserta secara offline dan 44 peserta secara online, melalui zoom. Seminar ini dilaksanakan di Gedung Unifac Lt. 3, pada Rabu (24/09/2025).
Acara ini dihadiri oleh Dekan Fakultas Pertanian UNJA, Dr. Forst. Bambang Irawan, S.P., M.Sc. IPU., Ketua Jurusan Kehutanan, Dr. Ir. Eva Achmad, S.Hut., M.Sc. IPM., perwakilan BPHL IV Jambi, perwakilan Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, perwakilan Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi Jambi, perwakilan Dinas Kehutanan Jambi, perwakilan PT. WKS, perwakilan PT. Wirakarya Sakti Jambi, dosen dan staf Prodi Kehutanan, mahasiswa Kehutanan Universitas Muhammadiyah (UM) Jambi, mahasiswa Kehutanan Institut Teknologi dan Sains Nahdlatul Ulama (ITSNU) Jambi, dan 146 peserta secara offline dan online melalui zoom.
Dr. Ir. Eva Achmad, S.Hut., M.Sc. IPM., menyampaikan rasa terima kasihnya dan harapannya untuk kegiatan ini.
“Terima kasih kepada pemateri yang sudah hadir, kepada bapak/ibu pimpinan yang juga dapat hadir hari ini. Seminar ini sudah sejak tahun 2014 kita adakan, dengan tujuan pertukaran pengetahuan, sehingga tercipta pengetahuan baru untuk mahasiswa UNJA dan juga mahasiswa luar. Terima kasih untuk para hadirin yang sudah hadir dan panita yang sudah bekerja keras dalam kegiatan ini, harapannya kegiatan ini memberikan manfaat baik untuk kita semua,” ujar Eva Achmad.
Seminar ini menghadirkan dua narasumber dengan topik pembahasan yang berbeda. Pembicara pertama, Elisabeth Devi Krismurniati, S.Si., M.E., selaku Pengendali Ekosistem Hutan Balai Taman Nasional Way Kambas (TNWK), dengan topik pembahasan “Belajar dari TNWK Praktik Baik Pengelolaan Gajah di Landskap Konservasi”.
Devi menjelaskan TNWK memiliki kawasan 125.621, 30 ha, dengan 5 spesies mamalia besar, antaranya gajah sumatra, badak sumatra, harimau sumatra, beruang, dan tapir. Tipe ekosistem hutan dataran rendah, hutan rawa, hutan mangrove, hutan riparian, dan hutan pantai. Sedangkan untuk tantangan itu ada perburuan satwa, pembakaran hutan, KGM, penyakit, dan inbreeding.
Pemateri kedua, Rahmat Eko Santoso, S. Hut., M.Sc., selaku Kepala Departemen Riset dan Konservasi di PT. REKI, dengan topik pembahasan “Jejak Gajah di Hutan Restorasi: Praktik Konservasi PT. REKI dalam Landskap Hutan Harapan”. Eko mengungkapkan pada tahun 2010, PT. REKI melakukan survei baseline ditemukan 6 gajah betina menetap di landskap HH. Tahun 2016 dan 2018, translokasi gajah jantan pertama dari Bukit Tigapuluh (Haris) dan yang kedua (Lanang), dilanjut pada tahun 2019 translokasi gajah betina (Karina), namun mengalami kelelahan dan mati saat perjalanan. Terakhir pada tahun 2022, dilakukan monitoring jejak, percobaan pemasangan GPS Collar, namun kendala dan ada yang mati. Dan kondisi terbaru hingga 2025 ada 5 betina dan 2 jantan.
Dengan adanya seminar ini, diharapkan mahasiswa, akademisi, dan para pemangku kepentingan dapat memperkuat komitmen dalam menjaga kelestarian gajah sumatra sekaligus membangun pola koeksistensi yang berkelanjutan antara manusia dan satwa liar di Indonesia.
Kunjungi : www.unja.ac.id.
Pewarta: A.Erolflin
Editor: Firman