Prof Riduan, Teladan Guru Besar UNJA yang Tumbuh dari Nilai Religius dan Kedisiplinan

JAMBI, Beritategas.com – Universitas Jambi (UNJA) kembali mengukuhkan salah satu akademisi terbaiknya di Balairung Pinang Masak, UNJA Mendalo, pada Sabtu (30/08/2025). Prof. Dr. Ir. Ahmad Riduan, M.Si., resmi menyandang jabatan Guru Besar dalam bidang Ilmu Pemulihan Tanaman Cekaman pada Fakultas Pertanian.

Prof. Riduan lahir di Jambi pada 27 Mei 1967 dari pasangan Abdul Muiz dan Saamah. Beliau adalah putra daerah yang sejak kecil dididik dengan nilai religius dan kedisiplinan tinggi. Ayahnya berasal dari Muara Tembesi, sedangkan ibunya dari Mersam.
Dalam kenangannya, Prof. Riduan menceritakan bagaimana orang tuanya menanamkan disiplin melalui kebiasaan beribadah.

Bacaan Lainnya

“Kalau shalat Subuh tidak bangun, disemprot pakai pistol air sampai terjaga dan shalat. Jadi kedisiplinan itu tetap dijaga mulai dari beribadah,” ungkap Prof. Riduan.

Sebagai anak ke-7 dari 12 bersaudara, Prof. Riduan tumbuh dalam suasana kebersamaan yang kuat. Orang tuanya mengajarkan keadilan, salah satunya dengan membiasakan pembagian makanan secara merata agar semua anak mendapat jatah yang sama.

Perjalanan pendidikannya dimulai dari SD Swasta Satria 2 Kota Jambi, lalu melanjutkan ke SMP Negeri 2 Kota Jambi dan SMA Negeri 3 Kota Jambi. Setelah lulus SMA, beliau kuliah di S1 Agronomi, Fakultas Pertanian UNJA, yang diselesaikan dalam waktu sekitar empat setengah tahun.

Sebelum menjadi dosen, Prof. Riduan sempat bekerja di perkebunan, bahkan pernah menjadi penagih iuran televisi untuk TVRI hingga ke daerah Kerinci.

“Setelah itu saya ikut tes pegawai negeri, ada dua formasi yang saya masukkan waktu itu: pemda dan dosen. Ternyata di pemda di ujung terakhirnya tidak lolos, sempat sedih, tapi akhirnya nasib baik membawa saya ke UNJA jadi dosen,” kenang Prof. Riduan.

Setelah kurang lebih tiga tahun menjadi dosen, Prof. Riduan menikah dengan Syahrida Riana Harahap, alumni Fakultas Ekonomi UNJA. Tak lama menikah, beliau melanjutkan studi S2 Agronomi di Institut Pertanian Bogor (IPB). Masa ini dijalaninya penuh perjuangan, mulai dari kesulitan tempat tinggal, hingga ujian batin karena belum segera dikaruniai momongan.

Setelah kembali ke Jambi, kehidupan keluarga kecilnya mulai stabil. Mereka tinggal di daerah Telanaipura Karya hingga akhirnya bisa membeli rumah sendiri. Pada tahun 2001, lahirlah anak pertama mereka, seorang putri yang kini berprofesi sebagai dokter.

“Kalau dihitung perjuangannya, dari setelah menikah sampai dapat anak itu sekitar lima tahun. Usaha kami sangatlah kuat, sampai ke mana-mana, bahkan ke dokter, demi bisa mendapatkan keturunan,” ungkap Prof. Riduan.

Perjalanan akademiknya berlanjut ke jenjang S3 Program BDP-Agronomi di IPB. Di tengah studi, istrinya sedang hamil anak kedua ketika musibah besar menimpanya: Prof. Riduan tertabrak angkot hingga kakinya patah.

“Saya sempat berpikir untuk mengundurkan diri. Waktu itu saya sedang penelitian, tapi promotor saya yang memberikan dukungan. Beliau bilang: kita stop dulu penelitiannya sampai Anda bisa masuk lab lagi. Kalau tidak, mungkin saya sudah mundur,” kenang Prof. Riduan.

Dalam masa pemulihan, Prof. Riduan menjalani hari-hari sulit dengan tongkat, membantu mengasuh anak, sambil tetap berusaha menyelesaikan studinya. Berkat dukungan keluarga dan promotor yang penuh perhatian, beliau akhirnya berhasil menuntaskan program doktoralnya.

Kini, setelah resmi menyandang jabatan Guru Besar, beliau menegaskan bahwa gelar ini bukan sekadar pencapaian pribadi.

“Jabatan Guru Besar tanggung jawabnya besar dan maknanya sangat besar. Sebagai dosen, saya harus memfokuskan kepakaran saya di bidang pemulihan tanaman. Tanggung jawab sebagai Guru Besar itu bukan hanya kepada diri sendiri, tetapi bagaimana memperkuat bidang kajian ini dan terus menggali keilmuan agar betul-betul memberi manfaat. Karena sudah Guru Besar berarti pakar di bidangnya, jadi tidak boleh ke mana-mana lagi, harus benar-benar fokus,” tegas Prof. Riduan.

Prof. Riduan juga menuturkan bahwa keberhasilannya tidak lepas dari dukungan keluarga.

“Support saya yang paling kuat itu dari istri saya dan anak-anak saya. Seolah-olah mereka bermimpi kalau ayah jadi Profesor bagaimana,” ujar Prof. Riduan dengan bangga.

Prof. Riduan juga menyampaikan apresiasi kepada sahabat-sahabat dekatnya di kelompok Warung Pojok yang selalu memberi semangat sepanjang perjalanan karirnya.

Di akhir pesannya, Prof. Riduan memberikan motivasi untuk generasi muda akademisi.

“Selalu fokus di bidangnya, apalagi kalau sudah Guru Besar. Semakin spesifik dan fokus pada bidang kajian tertentu, itu jalan yang harus kita tempuh. Perjalanan tidak mungkin mulus, pasti banyak lika-likunya. Justru tantangan itulah yang membuat kita semakin kuat menjalani proses. Kalau gelar Guru Besar ini saya dapat tanpa banyak tantangan, mungkin kebanggaannya tidak terlalu tinggi. Tapi karena prosesnya panjang dan penuh perjuangan, kebanggaan ini terasa istimewa. Ini betul-betul hasil perjuangan,” tutur Prof. Riduan.

Beliau juga menitipkan harapan besar untuk UNJA.

“Mudah-mudahan dengan bertambahnya Guru Besar, kemudian dengan bertambahnya dosen-dosen, serta akreditasi prodi-prodi semakin baik, kita akan semakin berkembang minimal di Sumatra ini. Dan mudah-mudahan kita bisa menjadi yang terbaik di Sumatra. Kalau sudah terbaik di Sumatra, insya Allah bisa unggul di Indonesia,” harap Prof. Riduan.

Dengan segala perjalanan hidup penuh suka duka, dukungan keluarga, serta komitmen pada keilmuan, Prof. Riduan kini menjadi teladan bagi generasi akademisi muda. Penelitian dan karya-karyanya di bidang pemulihan tanaman cekaman diharapkan mampu memberi kontribusi besar bagi pengembangan pertanian berkelanjutan, baik di Jambi maupun di tingkat nasional.

Kunjungi : www.unja.ac.id.

Pewarta: A.Erolflin
Editor: Firman

Ikuti Kami di :

Pos terkait

banner 300x250banner 300x250banner 300x250banner 300x250banner 300x250banner 300x250

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses