Meneladani Perjuangan Nabiullah Ibrahim

Ibrahim bersama istri dan anaknya Ismail yang masih bayi dan masih dalam pelukan ibundanya Hajar, atas perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala a’ala, mereka harus melangkahkan kakinya menempuh perjalanan sangat panjang dari negeri Syam (yang sekarang bernama Suria, Palestina, Lebanon dan Yordania) menuju sebuah lembah jazirah tandus, tidak ada air dan tanaman sekalipun.

Berkat ketulusan dan ketegaran hati Nabiyullah Ibrahim ‘alaihissalam ketika menerima perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala a’ala, saat ini kaum Muslimin bisa merasakan hasilnya.

Ka’bah yang pada mulanya dibangun dan dithawafi hanya 3 manusia mulia (yakni Ibrahim – Hajar dan Ismail), kini setiap tahunnya dithawafi jutaan manusia dari seluruh penduduk dunia.

Dan diprediksi terus- menerus meningkat setiap tahunnya. Berkat perjuangan Nabiyullah Ibrahim menerapkan konsep sabar dan tawakkal secara totalitas, kini kaum muslimin bisa merasakan perjuangan beliau.

Jazirah yang dahulunya tandus dan gersang yang hanya dihuni tiga manusia mulia (Ibrahim, Hajar dan Ismail), kini telah berubah menjadi kawasan yang paling aman, kaya dan makmur di muka bumi. Begitu juga dengan tanah yang dulunya tandus, kering kerontang, sekarang ini air berlimpah ruah meskipun air zam-zam itu dikuras berjuta liter tiap harinya.

Kedua, Kesukesan Besar Diawali dari Pendidikan dalam Keluarga

Kesuksesan Nabiyullah Ibrahim ‘alaihissalam dalam membangun peradaban dimulai dari mutu dan kualitas pendidikan keluarganya. Sebagaimana yang dijelaskan surat Ash-Saffat Ayat 99 – 113, kisah pengorbanan bermula ketika Ibrahim bermimpi menyembelih putera tercintanya Ismail.

Setelah Ismail beranjak dewasa, Nabi Ibrahim mendapat wahyu untuk menyembelih putranya tersebut. Namun demikian, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam tidak serta merta langsung menyembelihnya. Beliau mengajak berdialog dan meminta pendapat putranya tersebut, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu.” Ismail yang masih belia menjawab dengan tenang, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”

Pembaca rahimakumullah!
Pada perkembangan berikutnya, ternyata para rasul yang diutus Allah ta’ala setelah masa Nabi Ibrahim, mereka semua adalah anak-anak keturunan beliau.

Bahkan sebagian diantaranya ada yang diberikan amanah kenabian dan kekuasaan sebagai seorang raja seperti Nabi Dawud, Nabi Sulaiman dan Nabi Yusuf ‘alaihissalam.

Fakta ini membuktikan bahwa pendidikan bervisi tauhid, aqidah dan akhlaq di lingkungan keluarga, menjadi modal utama bagi terbentuknya generasi yang berkualitas baik dunia maupun akhirat.

Hal ini dapat ditemukan dalam surat Al Baqarah ayat 132:
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya`qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”.

Ketahuilah bahwa pendidikan yang pertama dan utama adalah pendidikan tauhid, akhlaq dan aqidah sebagai pondasi yang kokoh.

Terpuruknya bangsa ini bukan karena sumber daya manusianya yang kurang cerdas. Salah satu penyebabnya adalah adanya krisis moral dan akhlaq. Mereka yang tidak dilandasi akhlaq, dengan ilmunya akan melakukan korupsi, penyalahgunaan jabatan, dan menghalalkan segala cara demi meraih kekuasaan dan kepuasan nafsunya.

Begitu juga banyaknya kasus kenakalan remaja seperti pergaulan bebas, narkoba atau pun tawuran, terjadi akibat dari kurangnya perhatian bimbingan, kasih sayang dan pengawasan orang tua terhadap akhlaq mereka.

Untuk itu, pada bulan mulia Dzulhijjah ini, marilah kita merenung, sudahkah kita menjadi orang tua yang shaleh? Jangan sampai terjadi kita mendambakan generasi yang shaleh tetapi orang tua sendiri tidak berusaha menjadi orang tunya yang shaleh.

Marilah kita ber-ikhtiar menjadi orang tua yang baik, orang tua yang shaleh yang rela berkorban harta demi pendidikan anak-anak kita. Marilah kita berkorban waktu demi mengawasi pergaulan anak-anak kita, dan membimbing mereka agar selalu di bawah lindungan Allah Subhanahu wa Ta’ala a’ala.
Aamiiin Allahumma Aamiin

Demikianlah dua pelajaran berharga yang dapat dipetik dari perjuangan nabiyullah Ibrahim ‘alaihissalam. Ust. Sadam mengajak, marilah di hari yang mulia ini, kita kembali agungkan asma Allah dengan mengumandangkan kalimat takbir, tahlil, tahmid dan membuktikan diri dengan berkurban. Perlu dicatat baik-baik, ibadah kurban bukan hanya ibadah rutinitas semata. Pastikan kita semua memahami hikmah dan makna kurban yang sebenarnya.

Pewarta: A.Erolflin
Editor: Firman

Ikuti Kami di :

Pos terkait

banner 300x250banner 300x250banner 300x250banner 300x250banner 300x250banner 300x250

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses