Kisah Prof Adrefiza, Pernah Menjadi Sopir Demi Kuliah, Kini Raih Gelar Guru Besar FKIP UNJA

JAMBI, Beritategas.com – Universitas Jambi (UNJA) resmi mengukuhkan Prof. Drs. Adrefiza, M.A., sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Linguistik Terapan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Pengukuhan tersebut berlangsung di Balairung Pinang Masak, Kampus UNJA Mendalo, pada Sabtu (30/08/2025), lalu.

Prof. Drs. Adrefiza, M.A., lahir di Solok, Sumatera Barat. Dari tanah kelahirannya yang sejuk dan kental dengan tradisi Minangkabau, ia tumbuh dengan semangat pantang menyerah dalam menapaki dunia akademik.

Bacaan Lainnya

Setelah menempuh pendidikan menengah atas, ia melanjutkan studi sarjana (S1) di Universitas Negeri Padang pada tahun 1989. Namun, pencapaiannya tidak berhenti di sana. Bermodal keberanian merantau dan tekad memperluas wawasan, ia menembus pendidikan internasional di University of Canberra, Australia pada tahun 1996.

Kecintaannya pada ilmu pengetahuan membuatnya kembali ke University of Canberra untuk menapaki jenjang doktoral (S3). Perjalanan panjang penuh disiplin itu berakhir manis saat ia resmi menyandang gelar akademik Doctor of Philosophy, pada tahun 2012.

Di balik gelar akademik yang kini disandangnya, Prof. Drs. Adrefiza, M.A., menyimpan kisah perjuangan yang penuh kerja keras. Lahir dari keluarga berpenghasilan rendah, Prof. Adrefiza harus membiayai pendidikannya melalui berbagai pekerjaan, mulai dari sopir hingga buruh kasar. Bahkan ketika menempuh studi di Australia, ia tetap menjalani pekerjaan paruh waktu untuk mencukupi kebutuhan hidup.

“Saya berasal dari keluarga dengan penghasilan rendah. Karena itu, dalam menempuh pendidikan saya benar-benar harus berjuang. Banyak pekerjaan di luar dunia akademik yang saya jalani, mulai dari menjadi sopir, kenek mobil, hingga buruh kasar. Ketika melanjutkan studi di Australia, saya bekerja paruh waktu di berbagai tempat, seperti restoran dan pusat perbelanjaan (mall). Sebenarnya saat itu mahasiswa diperbolehkan bekerja 20 jam per minggu, tetapi saya pernah bekerja hingga 40 jam per minggu,” ujar Prof. Adrefiza.

Perjalanan akademik Prof. Drs. Adrefiza, M.A., jauh dari kata mudah. Usai meraih gelar doktor, ia masih harus melewati jalan berliku untuk meraih gelar Profesor. Empat kali pengusulannya ditolak dengan beragam alasan. Namun, alih-alih menyerah, ia memilih untuk terus melengkapi syarat dan memperbaiki kekurangan hingga akhirnya berhasil meraih gelar guru besar pada upaya kelima.

“Perjalanan terberat dalam pendidikan saya adalah menuju Profesor. Saya sudah lima kali mengajukan usulan, dan baru pada pengajuan kelima saya dinyatakan lolos serta resmi meraih gelar Profesor. Empat kali sebelumnya saya ditolak,” jelas Prof. Adrefiza

Selain meniti jalur akademik, Prof. Drs. Adrefiza, M.A., juga dikenal aktif dalam berbagai organisasi sejak masa kuliah. Baginya, organisasi bukan sekadar wadah kegiatan, tetapi ruang belajar yang membentuk kedewasaan dan kepemimpinan. Ia menilai, pengalaman berorganisasi memberi pengaruh besar dalam perjalanan hidupnya, bahkan hingga jenjang doktoral.

“Organisasi itu sangat penting, karena di sanalah kita dididik. Kematangan seseorang tidak hanya ditentukan oleh hal-hal akademik, tetapi lebih banyak dipengaruhi oleh pengalaman sosial, kegiatan organisasi, dan pendekatan kemahasiswaan. Hal-hal ini sangat berguna, terutama ketika kita tamat kuliah, dan itu benar-benar saya alami. Bahkan hingga menempuh S3, saya tetap aktif dalam berorganisasi,” ungkap Prof. Adrefiza.

Di penghujung kisah perjalanannya, Prof. Drs. Adrefiza, M.A., menitipkan pesan bagi generasi muda, khususnya mahasiswa. Baginya, keberhasilan bukan hanya ditentukan oleh capaian akademik, tetapi juga oleh kemampuan membangun diri melalui pengalaman sosial dan keterampilan tambahan.

“Jangan hanya berkutat pada bidang akademis saja, matangkanlah diri kalian dengan hal-hal yang bersifat sosial. Apa pun bentuknya, selama dapat mematangkan diri dan performa, hal itu akan sangat membantu. Mahasiswa harus memahami bahwa keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh akademis, tetapi juga dengan keterampilan tambahan dan pengalaman lain yang dapat membantu menunjang cara berpikir dan penyelesaian masalah. Jadi, seorang mahasiswa itu harus utuh. Berhasil di akademis, tetapi tidak melupakan aspek sosial,” tutup Prof. Adrefiza.

Perjalanan hidup Prof. Drs. Adrefiza, M.A., adalah cermin dari arti kegigihan, kerja keras, dan keteguhan hati. Kini, setelah resmi dikukuhkan sebagai guru besar, ia tidak hanya meninggalkan jejak akademik, tetapi juga teladan moral bagi generasi muda, bahwa keberhasilan sejati lahir dari keseimbangan antara kecakapan intelektual dan kematangan sosial.

Kunjungi : www.unja.ac.id.

Pewarta: A.Erolflin
Editor: Firman

Ikuti Kami di :

Pos terkait

banner 300x250banner 300x250

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses