Jangan Putus Asa

Allah memerintahkannya untuk memukul lautan dengan tongkatnya, maka laut itu terbelah menjadi dua, dan tiap-tiap belahan seperti gunung yang besar. Musa pun berjalan bersama kaumnya di jalan yang kering di dasar laut.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Putus asa atau berputus harap adalah penyebab kerusakan dan penyakit hati, dan memiliki berbagai bentuk, di antaranya:
Pertama : Putus asa dari ampunan Allah terhadap dosa.
Kedua : Putus asa dari hilangnya kesulitan dan datangnya pertolongan.
Ketiga : Putus asa dari perubahan menuju kebaikan, seperti merasa mustahil meraih sesuatu seperti pasangan, keturunan, dan lain-lain.
Keempat : Putus asa dari kemenangan Islam, dan hilangnya kehinaan serta kelemahan dari kaum Muslimin.

Bacaan Lainnya

Adapun dampak buruk dari putus asa terhadap hati adalah bisa menyeret seseorang kepada kekafiran dan kesesatan, sebagaimana firman Allah yang telah kita sebutkan sebelumnya bahwa:
“Siapa yang berputus asa dari rahmat Rabbnya, kecuali orang-orang yang sesat?” (Qs. Al-Hijr: 56)
“Tidaklah berputus asa dari rahmat Allah kecuali kaum yang kafir.” (Qs. Yusuf: 87).

Syaikh As-Sa’di rahimahullah berkata :
“Allah mengabarkan tentang tabiat manusia bahwa ia itu bodoh dan zhalim. Jika Allah memberinya rahmat, seperti: kesehatan, rezeki, anak-anak, dan lainnya, lalu Allah mencabut itu darinya, maka ia akan pasrah dalam keputusasaan dan menyerah dalam keputusasaannya.” (Taisîr al-Karîm ar-Rahmân, karya As-Sa’di)

Di antara dampak buruk lainnya dari putus asa dan berputus harap bahwa merupakan bentuk pendustaan hati terhadap Allah dan Rasul-Nya, serta merupakan sikap buruk terhadap Allah Subhanahu wa Ta‘ala.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.
Putus asa adalah penyakit yang telah menimpa banyak orang, karena berbagai sebab dan latar belakang. Di antara mereka ada yang terjerumus dalam keputusasaan karena jahil terhadap Allah, tidak mengenal luasnya rahmat-Nya, agungnya karunia-Nya, serta keutamaan dan kebaikan-Nya yang melimpah.

Ada pula yang berputus asa karena berlebihan dalam rasa takut. Rasa takutnya menjadi berlebihan hingga membuatnya putus asa dari rahmat Allah, dan berburuk sangka bahwa Allah tidak akan mengampuninya. Padahal batas rasa takut yang benar adalah yang menghalangi seseorang dari berbuat maksiat.

Jika rasa takutnya melebihi itu dan menyebabkan putus asa, maka ia tidak lagi bermanfaat, bahkan menjerumuskan ke dalam dosa, karena itu termasuk buruk adab terhadap Allah, yang rahmat-Nya lebih dahulu daripada murka-Nya, Maha Suci Allah.

Ust. Sadam juga menyampaikan, bahwa di antara manusia ada yang tertimpa putus asa karena kurangnya kesabaran, ketidakmampuannya menahan ujian, dan tergesa-gesa ingin melihat hasilnya.
Sesungguhnya kelemahan jiwa dalam menghadapi cobaan, ketidaksanggupan bersabar, serta terburu-buru dalam mengharap kebaikan adalah penyebab utama putus asa, terlebih ketika waktu terasa panjang dan musibah terasa berat.

Ada pula di antara manusia yang tertimpa putus asa dan keputusasaan karena keterikatan kuatnya pada dunia, bersandar padanya, dan terlalu bergembira saat mendapatkannya, maka ketika ia kehilangan sebagian dari dunia seperti kedudukan, kekuasaan, anak, harta, atau kesehatan ia pun bersedih dan menyesal secara berlebihan.

Ikuti Kami di :

Pos terkait

banner 300x250banner 300x250banner 300x250banner 300x250banner 300x250banner 300x250

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses