KENDAL, Beritategas.com – Di era pendidikan modern, guru dituntut tidak hanya sekadar menyampaikan teori, tetapi juga mampu menghadirkan pengalaman belajar yang kontekstual, bermakna, dan menyenangkan. Konsep ini dikenal sebagai Pembelajaran Mendalam, yakni pendekatan yang mengedepankan kesadaran, kebermaknaan, serta kegembiraan dalam proses belajar, Senin (22/09/2025).
Gagasan inovatif ini diwujudkan oleh Bu Beta Amalia Zuliazani, guru kelas V di SDN 3 Plososari, Kecamatan Patean, Kendal. Ia memanfaatkan lingkungan sekolah, khususnya kebun sederhana yang ada di belakang sekolah, sebagai media pembelajaran nyata untuk topik rantai makanan.
Kebun sekolah yang sehari-hari dirawat penjaga sekolah, ternyata mampu menjadi laboratorium hidup yang mendekatkan siswa pada realitas ekosistem. Dengan metode ini, siswa tidak hanya memahami konsep secara teori, tetapi juga bisa melihat langsung bagaimana rantai makanan bekerja di alam.
Bu Beta membagi siswanya ke dalam tiga kelompok kegiatan.
Kelompok A diajak ke kebun sekolah untuk melakukan pengamatan langsung. Mereka melihat bagaimana tanaman cabai dimakan serangga, kemudian serangga tersebut menjadi makanan bagi hewan lain.
Kelompok B menonton video ekosistem laut. Dari tayangan itu, mereka menganalisis rantai makanan dalam ekosistem perairan.
Kelompok C mempelajari teks berita tentang hutan, lalu diminta menemukan rantai makanan yang tersirat di dalam bacaan.
Dengan variasi kegiatan ini, siswa tidak hanya belajar secara pasif, tetapi aktif membangun pemahaman melalui pengalaman nyata.
Yang menarik, kegiatan ini juga melibatkan penjaga sekolah sebagai narasumber tambahan. Ia menjelaskan pengalaman sehari-harinya merawat kebun, mulai dari cara hama menyerang tanaman cabai hingga bagaimana predator alami membantu menjaga keseimbangan ekosistem.
Penjelasan sederhana namun nyata ini membuat siswa lebih mudah memahami konsep rantai makanan. Kolaborasi tersebut menunjukkan bahwa pendidikan bukan hanya tanggung jawab guru, tetapi bisa melibatkan seluruh warga sekolah.
Melalui pendekatan ini, siswa bukan hanya memahami materi rantai makanan, tetapi juga menumbuhkan kesadaran ekologis serta kepedulian terhadap lingkungan. Mereka belajar berpikir kritis, bekerja sama, sekaligus menghargai peran semua orang di sekitar mereka.
“Inovasi Bu Beta membuktikan bahwa lingkungan sekitar bisa menjadi sumber belajar yang luar biasa, jika dimanfaatkan dengan kreatif. Kebun sekolah bukan sekadar tempat hijau, tetapi jembatan nyata antara teori dan praktik kehidupan,” ujar Dhimas Agil Sutoto, S.Pd salah satu rekan sejawat.
Pembelajaran mendalam ala SDN 3 Plososari ini menjadi inspirasi bahwa kelas tak selalu harus dibatasi empat dinding, melainkan bisa diperluas ke kebun, halaman, atau ruang terbuka lain yang penuh makna.
Pewarta : Pujiono
Editor ; Firman