JAMBI, Beritategas.com – Jurusan Sejarah, Seni, dan Arkeologi (SESA) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Jambi (UNJA) mengadakan kegiatan Festival Budaya Sepekan dan Diskusi Sinema bertempat di Ruang Pertunjukan Lantai 3 Gedung Social Science Laboratory (SSL), Kampus UNJA Mendalo, pada Selasa – Minggu (14/10/ 2025 hingga 19/10/2025). Festival ini menampilkan beragam film karya mahasiswa dengan tema dan narasumber berbeda setiap harinya.
Kegiatan ini dihadiri oleh Dosen Jurusan SESA UNJA sekaligus moderator, Dwi Rahariyoso, S.S., M.A., serta para Dosen Jurusan SESA UNJA, dan mahasiswa Jurusan SESA UNJA yang turut berpartisipasi aktif dalam diskusi. Kegiatan hari pertama ini menampilkan film berjudul “Dana Anak Ayam” sebagai bahan diskusi yang dipantik oleh Galuh Tulus Utama, S.Pd., M.Sn., yang hadir sekaligus menjadi narasumber. Kehadiran para dosen dan mahasiswa ini menambah semarak kegiatan, menciptakan suasana akademik yang kreatif dan interaktif.
Dosen Jurusan SESA, Dwi Rahariyoso, S.S., M.A., menyampaikan bahwa kegiatan Diskusi Sinema ini memberikan ruang pembelajaran kreatif bagi mahasiswa untuk menggabungkan pendekatan akademik dengan praktik budaya melalui media film.
“Diskusi sinema sesi pertama ini memberikan insight atau pandangan kepada mahasiswa bahwa ruang-ruang akademik sebenarnya adalah kerja-kerja kreatif yang bisa dikolaborasikan dalam produk yang lebih kekinian, salah satunya melalui media sinema. Rekaman peristiwa kebudayaan atau fakta sosial bisa menjadi inspirasi dan bahan riset yang dikembangkan di ruang kuliah. Harapannya, kegiatan ini dapat membuka perspektif mahasiswa bahwa dunia akademik tidak terpisah dari konteks masyarakat. Selain mengapresiasi karya mahasiswa, kegiatan ini juga menjadi ruang sirkulasi gagasan dan ide yang memperkaya pemahaman mereka. Kami berharap kegiatan ini terus berlanjut dan memberi dampak luas, tidak hanya bagi Jurusan SESA, tetapi juga bagi seluruh civitas akademika UNJA,” Dwi Rahariyoso.
Dalam pemaparannya, Galuh Tulus Utama, S.Pd., M.Sn., menjelaskan bahwa film dokumenter memiliki daya tarik tersendiri karena merepresentasikan realitas kehidupan yang sering kali dianggap biasa, namun bisa sangat menarik bagi penonton dari luar konteks tersebut.
“Hal yang sangat biasa, tetapi buat mata orang lain itu berbeda. Film dokumenter menyimpan memori kolektif masyarakat. Jadi, sesuatu yang mungkin terlihat sederhana bagi kita bisa jadi sangat menarik bagi orang lain. Kegiatan ini menjadi ruang pembelajaran bagi mahasiswa untuk memahami sinema sebagai media refleksi budaya dan sarana edukatif,” ujar Galuh.
Kegiatan ini ditutup dengan sesi tanya jawab dan foto bersama. Melalui kegiatan ini, mahasiswa tidak hanya diajak memahami sinema dari sisi estetika dan teknik, tetapi juga menumbuhkan kesadaran kritis terhadap realitas sosial dan kebudayaan di sekitar mereka. Dengan semangat kolaboratif antara dosen dan mahasiswa, kegiatan ini menjadi langkah nyata Jurusan SESA dalam memperkuat peran akademik sekaligus menumbuhkan kreativitas mahasiswa melalui karya-karya sinema yang reflektif dan bernilai edukatif.
Kunjungi : www.unja.ac.id.
Pewarta: A.Erolflin
Editor: Firman