KENDAL, Beritategas.com – Lapas Pemuda Kelas IIB Plantungan yang selama ini dikenal sebagai lapas kecil di pinggir Sungai Lampir, wilayah perbatasan Kabupaten Kendal, kini muncul dengan gebrakan besar. Tidak hanya fokus pada pembinaan mental, lapas ini kini menantang predikat “Kendal Kabupaten Terkotor” dengan meluncurkan program pemberdayaan warga binaan berbasis pengolahan limbah plastik, Kamis (18/09/2025)
Program ini bertujuan memberikan keterampilan kepada warga binaan dalam memanfaatkan limbah menjadi produk bermanfaat, salah satunya tas belanja atau rinjing. Produk tersebut diharapkan mampu membantu mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap kantong plastik sekali pakai yang selama ini mencemari lingkungan dan kerap dibuang langsung ke tanah maupun sungai.
Kepala Lapas Pemuda Plantungan, Suharno, S.H., M.H., menyatakan bahwa inisiatif ini lahir dari keprihatinan atas kondisi Kendal yang tercatat berada di peringkat ke-340 sebagai kabupaten terkotor di Indonesia. Menurutnya, lapas tidak hanya menjadi tempat menjalani hukuman, tetapi juga harus menjadi pusat pembinaan yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
“Ini sangat bagus untuk menambah keterampilan warga binaan, sekaligus membuka peluang penghasilan bagi mereka. Lebih dari itu, langkah ini adalah wujud nyata tekad kami membantu pemerintah Kabupaten Kendal dalam mengatasi persoalan sampah,” ujar Suharno.
Dalam mendukung program ini, Lapas Pemuda Plantungan menjalin kerja sama dengan Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) Sidokumpul. Melalui kerja sama tersebut, warga binaan akan berperan sebagai tenaga kerja yang memproduksi tas belanja berbahan limbah, sementara KDMP Sidokumpul akan menangani pelatihan teknis dan pemasaran produk.
Ketua KDMP Sidokumpul, Pujiono, menyambut baik sinergi tersebut. Menurutnya, pengolahan limbah menjadi produk bernilai guna bukan hanya membantu lingkungan, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru, baik bagi warga binaan maupun masyarakat sekitar.
“Kami siap mendukung dari sisi pelatihan produksi maupun pemasaran hasil karya warga binaan. Ini bukan sekadar program keterampilan, tetapi sebuah gerakan nyata untuk menciptakan solusi bersama menghadapi persoalan limbah di Kendal,” tegas Pujiono.
Program pembuatan tas limbah ini memiliki multi-manfaat. Selain melatih keterampilan warga binaan agar memiliki bekal setelah bebas, program ini juga berkontribusi membantu para petani dan warga pasar. Dengan adanya tas belanja berbahan limbah yang murah dan tahan lama, kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi tanpa harus menambah beban pencemaran plastik sekali pakai.
Langkah inovatif Lapas Pemuda Plantungan ini menjadi bukti bahwa upaya pengurangan sampah tidak harus selalu digagas dari pusat kota. Justru, dari sebuah lapas kecil di tepi Sungai Lampir, muncul inisiatif berani yang bisa menjadi inspirasi bagi wilayah lain di Kendal.
Jika program ini berhasil berjalan optimal, bukan tidak mungkin Lapas Plantungan akan menjadi motor penggerak perubahan, sekaligus membuktikan bahwa predikat kabupaten terkotor bisa dipatahkan melalui kerja sama, kepedulian, dan kreativitas dalam mengolah limbah.
Pewarta : Pujiono
Editor : Firman